
Banyak orang belajar data analyst hari ini. Mereka menonton video tutorial, ikut bootcamp, bahkan membangun portofolio pribadi. Tapi di antara semua itu, hanya sedikit yang melangkah lebih jauh dan memutuskan untuk mengambil sertifikasi data analyst.
Padahal, langkah ini bukan cuma soal dapat “kertas pengakuan” tapi lebih dalam: tentang mindset, profesionalisme, dan validasi diri.
Di artikel ini, kita akan bicara soal kenapa sertifikasi ini layak dipertimbangkan bukan dari sisi teknis semata, tapi dari sisi psikologis, profesional, hingga kepercayaan diri yang bisa berubah total.
Sertifikasi Bukan Sekadar Formalitas
Masih ada anggapan bahwa sertifikasi hanyalah bentuk formalitas, “pelengkap CV” semata. Padahal di dunia profesional, sertifikasi adalah simbol komitmen.
Ini menunjukkan bahwa kamu tidak hanya belajar, tapi juga rela diuji, diverifikasi, dan dinyatakan layak oleh pihak ketiga yang netral.
Bayangkan kamu punya dua pelamar satu punya portofolio proyek, satunya lagi punya portofolio plus serttifikasi data analyst resmi.
Perusahaan akan lebih percaya pada yang sudah tersertifikasi karena ada pengakuan bahwa skill-nya sudah melewati standar industri.
Sertifikasi Membangun Kepercayaan Diri
Punya kemampuan analisis data itu satu hal. Tapi merasa pantas dan percaya diri untuk duduk di ruang interview sebagai seorang profesional, itu hal lain. Banyak orang yang merasa belum siap melamar kerja hanya karena belum punya validasi resmi.
Serttifikasi data analyst mampu mengubah itu. Setelah melewati proses asesmen, menyelesaikan studi kasus, dan mendapat pengakuan kompetensi, kamu tidak hanya naik level di atas kertas tapi juga dalam cara kamu melihat dirimu sendiri.
Dan percaya atau tidak, aura percaya diri itu akan sangat terasa di ruang interview, di rapat kerja, atau bahkan saat kamu pitching ke klien sebagai freelancer.
Bagaimana Proses Sertifikasi Data Analyst Berlangsung?

Untuk kamu yang belum familiar, proses sertifikasi biasanya dimulai dari pendaftaran ke lembaga yang terdaftar resmi baik nasional (seperti LSP yang diawasi BNSP) maupun internasional (Google, IBM, Microsoft, dsb).
Setelah pendaftaran, kamu akan diberi waktu belajar atau pelatihan (jika ada). Kemudian dilanjutkan dengan proses asesmen baik tertulis, wawancara, atau studi kasus.
Pada jalur nasional, asesor akan memintamu menyelesaikan simulasi kasus kerja. Contohnya: kamu diminta menganalisis dataset penjualan, membersihkan data mentah, membuat dashboard, dan menarik insight. Semua itu harus kamu jelaskan secara profesional, tidak sekadar hasil akhir.
Kalau kamu lolos, maka kamu akan dinyatakan kompeten dan mendapatkan sertifikat resmi. Jika belum lolos, kamu akan mendapat umpan balik, dan bisa mengulang asesmen setelah melakukan perbaikan.
Jalur SerttifikasiMana yang Cocok Buatmu?
Banyak orang bingung memilih jalur sertifikasi. Tenang, nggak ada yang lebih unggul secara mutlak. Yang penting, kamu tahu tujuannya.
Kalau kamu ingin pengakuan formal di dalam negeri (misalnya melamar ke BUMN atau instansi pemerintahan), maka sertifikasi dari BNSP melalui LSP adalah pilihan paling pas. Sertifikatnya bisa digunakan untuk syarat administrasi formal.
Kalau kamu ingin dikenal di komunitas internasional, atau bekerja di perusahaan berbasis teknologi, kamu bisa ambil jalur internasional seperti Google Data Analytics Certificate, yang tersedia lewat Coursera.
Keduanya sah, kredibel, dan bernilai tinggi tinggal kamu sesuaikan dengan target karier dan gaya belajar.
Biaya Sertifikasi Mahal atau Justru Hemat?
Biaya untuk serttifikasi data analyst sebenarnya relatif murah dibandingkan return yang bisa kamu dapatkan.
Sertifikasi nasional (BNSP) biasanya mematok harga sekitar Rp 900.000 sampai Rp 1.500.000 tergantung LSP dan apakah kamu mengikuti pelatihan tambahan atau tidak.
Sertifikasi Google via Coursera bisa diakses dengan langganan Rp 300.000 – Rp 500.000 per bulan, dan bisa kamu selesaikan dalam waktu 3 bulan jika disiplin.
Artinya, dengan total investasi tidak lebih dari dua juta rupiah, kamu bisa mendapatkan validasi kompetensi yang bisa menaikkan gaji berkali-kali lipat atau membuka peluang kerja yang sebelumnya tidak mungkin kamu lamar.
Sertifikasi untuk Semua? Tentu Tidak
Sertifikasi bukan untuk semua orang dan itu justru yang membuatnya berharga, Ia bukan untuk mereka yang hanya belajar setengah hati, ikut tren, atau takut gagal diuji.
Sertifikasi Data Analyst adalah untuk mereka yang serius membangun karir, mau naik kelas, dan siap menantang dirinya sendiri dalam proses belajar yang terstruktur.
Jadi kalau kamu merasa “belum siap”, itu justru sinyal bahwa kamu perlu melangkah. Karena tak ada yang benar-benar siap tapi mereka yang berani maju, adalah mereka yang akhirnya tumbuh.
Setelah Dapat Sertifikasi, Apa Selanjutnya?
Sertifikasi hanyalah gerbang awal. Setelah kamu memilikinya, langkah berikutnya adalah membangun portofolio nyata.
Gunakan dataset publik, ikuti challenge analisis data, atau bantu UMKM sekitar untuk digitalisasi laporan mereka.
Gabungkan antara validasi formal dan hasil kerja nyata dan kamu akan punya amunisi yang kuat untuk menghadapi dunia kerja modern.
Jangan lupa juga aktif di komunitas data, seperti DataTalk, Indonesia Data Community, atau grup-grup LinkedIn profesional. Di sana kamu bisa saling sharing, belajar, dan membuka peluang kolaborasi.
Kesimpulan
Sertifikasi Data Analyst bukan hanya tentang mendapatkan selembar sertifikat. Ia adalah proses mental dan profesional yang mengubah cara Anda melihat diri sendiri. Ini bukan sekadar soal keterampilan teknis, tapi tentang disiplin, keberanian yang diuji, dan keinginan untuk bertumbuh.
Leave a Reply