
Halo sobat LSPDigi, kamu pernah nggak sih merasa punya banyak data tapi bingung harus menyampaikannya ke orang lain? Atau kamu sudah bikin grafik dan angka-angka, tapi audiens masih belum paham maksudnya? Nah, itulah pentingnya belajar data storytelling.
Di artikel kali ini, kami akan mengajak kamu mengenal lebih dalam tentang apa itu data storytelling, manfaatnya, hingga cara-cara praktis yang bisa kamu mulai sekarang juga. Yuk, simak sampai tuntas!
Simak Juga : Sertifikasi Data Analyst
Mengenal Apa Itu Data Storytelling
Data storytelling adalah kemampuan mengubah angka dan informasi mentah menjadi cerita yang menarik dan mudah dipahami.
Bukan sekadar menyajikan grafik, tapi bagaimana kamu bisa menghubungkan data dengan konteks dan membuat orang lain “ngeh” akan maknanya. Dalam dunia kerja maupun bisnis, kemampuan ini jadi nilai tambah yang luar biasa, lho.
Ada tiga komponen yang selalu muncul dalam praktik data storytelling: data yang akurat, visual yang jelas, dan narasi yang logis.
Kalau salah satunya nggak ada, storytelling-mu bisa terasa datar atau malah membingungkan. Jadi penting banget buat memahami cara menyatukan ketiganya secara harmonis.
Manfaat Belajar Data Storytelling dalam Dunia Profesional
Menguasai skill ini bukan cuma soal teknis, tapi juga soal komunikasi yang efektif. Dalam presentasi ke atasan, pitching ke klien, atau laporan mingguan tim, storytelling bisa bikin pesanmu lebih meyakinkan.
Dengan belajar data storytelling, kamu bisa membawa audiens lebih dekat ke data. Data bukan lagi angka yang bikin pusing, tapi menjadi bagian dari narasi yang menyentuh logika dan kadang juga emosi.
Langkah Awal Untuk Mulai Belajar Data Storytelling
Nggak perlu langsung jago pakai software rumit, kok. Kamu bisa mulai dengan apa yang ada. Yang penting adalah mulai membiasakan diri melihat data bukan hanya sebagai informasi, tapi sebagai bahan cerita.
Sebelum ambil data, pikirkan dulu: kamu ingin menjawab pertanyaan apa? Ini akan memudahkan kamu memilih data yang relevan dan menyusunnya jadi alur cerita yang masuk akal.
Contoh Skenario: Data Storytelling untuk Digital Marketing
Misalnya kamu sedang mengelola kampanye iklan dan ingin tahu apakah promosi selama satu minggu berhasil. Kamu punya data klik, konversi, dan pengeluaran. Tapi kalau cuma ditampilkan mentah, orang lain belum tentu bisa langsung paham.
Dengan narasi yang tepat, kamu bisa bilang, “Dalam seminggu, iklan A berhasil menarik 30% lebih banyak pengunjung dibanding iklan B, tapi biaya konversinya lebih mahal.
Ini menunjukkan bahwa A lebih efektif untuk traffic, tapi perlu dipertimbangkan kembali dari sisi ROI.” Cerita seperti ini jauh lebih kuat dibanding hanya menampilkan tabel.
Tools yang Bisa Membantu Proses Data Storytelling
Nggak semua orang harus jadi desainer visual atau data scientist dulu untuk bisa mulai. Banyak tools yang bisa bantu kamu menyusun cerita berdasarkan data dengan visual menarik.
Kalau kamu ingin cepat dan gratis, coba pakai Google Looker Studio. Kalau butuh yang lebih kompleks, bisa mulai belajar Tableau atau Power BI. Sedangkan kalau kamu suka ngoding, Python punya banyak library buat ini, seperti matplotlib dan seaborn.
Tips Menyampaikan Cerita Data Secara Natural
Kadang, walau sudah punya data dan visual, penyampaiannya masih terasa kaku. Nah, ini yang sering bikin audiens cepat kehilangan perhatian.
Coba sering-sering jelaskan insight ke teman atau rekan kerja pakai bahasa sehari-hari. Ini akan bantu kamu menyusun narasi secara natural, tanpa perlu jargon teknis yang bikin bingung.
Kesimpulan
Jadi, belajar data storytelling bukan hanya tentang membuat grafik yang keren, tapi tentang menyampaikan makna dari data dengan cara yang bisa diterima dan dipahami audiens. Kemampuan ini akan jadi senjata penting di era sekarang, terutama kalau kamu bekerja di bidang yang melibatkan data, analisis, atau presentasi.
Teruslah belajar, eksplorasi data, dan berani mencoba membuat cerita dari setiap angka yang kamu temui. Karena setiap data punya cerita, tinggal bagaimana kamu menyampaikannya.
Leave a Reply